Sabtu, 13 Juli 2013

Waktu dan Alam Semesta

Hai. 

Tenang, ini tetep gue pemilik blog yang senantiasa mengumbar kegilaan. 

Kenapa masuk-masuk greeting nya normal? yah begitulah. Mungkin sudah saatnya gue kembali ke jalan yang lurus.

Saat gue nulis postingan ini, itu jam 5.21 setelah subuh dan sahur. Iya ini udah bulan puasa. Nggak kerasa ya? postingan terakhir gue kemarin adalah saat gue nunggu pengumuman UN. Gue alhamdulillah udah Lulus UN dan itu artinya juga udah Lulus SMK. Dan alhamdulillah udah keterima di suatu univ swasta. Yang artinya.... gue udah berubah jadi lebih dewasa dengan tittle "mahasiswa" bukan "anak sekolahan" lagi. Keren ya gimana waktu bisa ngebawa kita ke masa sekarang dengan segini cepetnya. 

Masih ada di memori otak gue yang kapasitasnya ngga sampe 2 juta giga ini tahun di mana gue masuk SMP, dimana gue masih innocent innocentnya dan cuma kenal detective conan. Trus naik kelas, masuk kelas unggulan yang bikin semangat naik ke level sejuta, trus naik ke kelas 9. Kelas dimana alam semesta mempertemukan gue dengan orang yang kenangannya sampe sekarang masih berbekas. Kemudian UN, kemudian lulus SMP dan masuk SMK. 

Tahun 2010 sekitar bulan juni/juli gue masuk di kelas X Administrasi Perkantoran 4. Gue ngga tau gimana mereka, ngga tau apa-apa, pokoknya masih awam. Alam semesta mempertemukan gue dengan mereka di Aula SMKN 8 JKT. Pertama gue liat mereka, orangnya 'sok' semua. Jujur. Itu yang gue tau. Dan yang gue tau adalah ternyata mereka sama gila nya dengan gue. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, keliatanlah sosok asli mereka, dalam waktu tiga bulan kita udah mengenal satu sama lain cukup baik ketimbang kelas lain yang masih cangggung canggung alay. Dan kita menamai diri kita sebagai UFFICIO

Setahun, dua tahun, kita udah jadi keluarga yang ngga bisa di jelasin gimana pasang surutnya. Ufficio itu keluarga yang.... yang ngga bisa di bandingin sama keluarga di rumah atau keluarga di twitter. Dan ngebayangin ngga akan ketemu mereka utuh lagi itu kayak apa ya.... ya sedih aja, 3 tahun bareng bareng trus pisah itu kan kenangannya ngga cuma sekeranjang dua keranjang, meskipun nantinya juga ada acara buka bersama atau apa, yang pasti nanti ada yang lain saat kita ketemu lagi.

Hebat ya gimana waktu bisa merangkum semua kenangan sebanyak itu, gimana waktu bisa mempertemukan gue dengan orang-orang yang sekarang jadi bagian hidup gue yang kalo nantinya pisah pasti akan sedih banget, dan gimana waktu menyadarkan gue, gue udah terlalu lama menjerumuskan orang. 

Ada yang nanya "kapan kamu masuk kuliah?" gue jawab "nanti september" kemudian orang itu nanya lagi "kita akan tetep gini kan? kamu tetep begini kan? ngga berubah atau gimana?" seketika gue speechless, iya ya gue nanti berubah ngga ya, karena ngga mau mikir kelamaan gue jawab "kita akan tetep begini kok" dan dia bilang "aku ngga mau ditinggal, pokoknya kamu harus tetep begini" dari percakapan itu gue ngerti yang dia maksud adalah "lo ga bakal berubah meskipun lingkungan lo ganti kan?" gue ngerti apa maksudnya itu. Susah juga kalo ngomong nya sekarang sebelum terjun ke lingkungan aslinya. Yang namanya ngeraba itu ngga enak sebelum tau apa yang di cari. Jadi kalo mau nemuin sesuatu jangan di raba, tapi di lihat pake mata. 

Ini suatu sosok yang abnormal dari sudut pandang gue, dimana gue bisa lebih dewasa ketimbang umur. Suatu sosok yang pernah kalian lihat di postingan "galau" suatu sosok yang bisa bedain mana saatnya main-main mana saatnya serius. Semua manusia punya dua jati diri. Tapi ngga banyak yang bisa memakai keduanya, kebanyakan selalu milih salah satu. Mereka terlalu pusing mana jati diri asli mereka, kalo buat gue, selama itu bener-bener jati diri gue ya ngga perlu di pilih. Toh semua tergantung gimana menempatkannya di posisi yang pas. Kayak kepingan puzzle, punya pola tersendiri dan kalo ngga cocok ya ngga akan bisa di pasang.



Dan inti dari segala inti adalah gue berterimakasih sama waktu dan alam semesta yang berperan begitu besar di diri gue. Udah itu aja.









- Anggista Dian Lestari -

Sabtu, 11 Mei 2013

Postingan Bertema "emosi"

HOAAAAAAKKKK KAPAN TERAKHIR KALI GUE POSTIIIIINGGG???

Skip aja moment barusan, gue stress pasca UN... soalnya lagi nyari Univ yang bisa klop mens!!

Skip aja lagi moment barusan. Gue lagi stres pasca UN dan pra jadi calon maba.

Skip lagi, skip lagi.

Ngomong-ngomong soal UN, iye Ujian Nasional alias Ujian Ngemumetin (orang Javanese pasti tau artinya, yang bukan Javanese coba tanya beroh Google). Ujian yang baru kemarin, ya nggak kemarin juga sih, udah sekitar sebulan yang lalu, itu sebenernya gak susah. Yang susah tuh pas NGEROBEK LEMBAR JAWABAN UN NYA. Bayangin, masa ya LJKUN NYA NYAMBUNG SAMA SOAL. Jadilah gue bawa-bawa penggaris kedalem ruang ujian. Gak cuma gue sih, tapi setiap sekolah pasti nganjurin siswanya bawa penggaris. Bukan itu sih masalahnya. Yang jadi masalah adalah GUE GAK NYIMAK SARAN ITU PAS SOSIALISASI UN TIGA HARI SEBELUM UJIAN, DAN DENGAN SOTOYNYA DATENG KE SEKOLAH CUMA BAWA PAPAN JALANAN, PENSIL 2B (12 BIJI) DAN RAUTAN. Jadilah gue kelabakan pas hari pertama, untung tukang jualan pinter juga, mereka mangkal di depan sekolahan trus akhirnya gue nitip sama temen gue yang ngacir ke bawah.

Hari pertama UN pun berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan hari kedua, ketiga dan keempat.


Loading 10%


Loading 25%


Loading 75%


Loading......


BUKAN ITU MASALAHNYA. SEKARANG GUE LAGI STRESS NUNGGUIN PENGUMUMAN MENS.

FREAK ABIS. ASELI JOS GANDOS KOTOS KOTOS NGANTI MBLEDOS AAAAAAAKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!










Sekian postingan emosional kali ini
Salam emosi

-the freak one- #sokkeren
Anggistadianlestari

Senin, 04 Maret 2013

Cerpen Random


Ini adalah seputar isi otak gue yang tanpa sengaja gue tuangkan dalam format cerpen. Silahkan dinikmati jika berminat. *bow*





Pada jaman dahulu kala, (well gue ngambilnya plot jaman dulu biar berasa lagi dongeng) di suatu negara bernama Basburg, tepatnya di daerah District 7 hiduplah seorang lelaki bernama Ilyusha Krat dan kedua adiknya yang bernama Lem Krat (12thn) dan Lirin Krat (8thn). Disini bukan maksudnya lem itu sejenis lem powerglue ya, namanya memang Lem. Mereka tinggal disebuah rumah yang berada di tengah padang bunga. Bisa dibayangin betapa susahnya nyari supermarket disana. 

Ilyusha adalah lelaki berumur 18 tahun yang hanya hidup bersama kedua adiknya, orangtua mereka telah meninggal dalam insiden kebakaran di rumah mereka terdahulu. Ia menghidupi kedua adiknya dengan menjadi seorang pelayan di sebuah toko di kota tempat mereka tinggal. Ilyusha mempunyai panggilan khusus dari kedua adiknya, yaitu 'Lab-niichan' kepanjangan dari 'Labrador-niichan' dia dipanggil seperti itu karena kegemarannya meminum Labrador Tea atau Rhododendron tomentosum. Ribet bener ye itu nama teh. Hal unik lainnya terdapat di struktur wajahnya yang mendekati cantik daripada tampan. Ya, bisa dibilang dia itu lelaki cantik. Dengan kulit seputih salju, rambut soft grey mendekati putih, iris violet dan ukuran badan yang tidak proporsional untuk ukuran laki-laki. Terkadang sepulang bekerja, dia sering digoda lelaki-lelaki jalanan yang mengiranya sebagai wanita.

Pada suatu senja, saat Ilyusha pulang dari kota (bekerja) ia menemukan rumahnya dalam keadaan kosong. Ilyusha panik karena mengira sesuatu terjadi pada kedua adiknya. Belum sempat ia melangkah keluar untuk mencari mereka, sayup-sayup terdengar suara Lem yang rusuh(?) meneriaki namanya dengan wajah panik "Lab-niichaaaaaaaan, Lab-niichaaaaaaaaaan"
"Lem? ada apa?" tanya Ilyusha yang tak kalah paniknya, "mana Lirin? sesuatu terjadi padanya? kenapa kau datang dari arah hutan?" cerocos Ilyusha yang sukses membuat Lem gondok. 'Belom juga ambil napas, udah nyerocos aje nih abang gue' batin Lem. "a-anoo, di sana! di sana! di sana ada lelaki yang terluka, niichan! Lirin sedang menungguinya di sana! ayo! cepat kita ke sanaaa!" balas si Lem, sembari(?) menunjuk-nunjuk ke arah hutan. Dia ikut nyerocos juga rupanya, ngga mau kalah dari abangnya. Mereka berdua pun menuju kearah hutan dan menemukan Lirin yang sedang duduk di samping seorang lelaki berkacamata yang terluka.
"Lirin!" panggil Ilyusha “kau tak apa? apa kau terluka?” tanya nya lagi dengan wajah panik. "niichan! pemuda ini terluka! ayo kita bawa ke rumah dahulu" bukannya ngejawab pertanyaan niichannya dia malah khawatir sama si pemuda misterius ini ternyata, sungguh baik sekali dirimu nak. 

Sesampainya di rumah, Ilyusha segera membaringkan si pemuda misterius ini di sofa, ia menyuruh kedua adiknya untuk membersihkan luka di tubuh si pemuda itu sementara ia sendiri membuat herb tea. Setelah selesai, ia kembali ke ruang depan (sofa tempat si pemuda misterius terbaring) dan melihat keadaannya. "sepertinya lukanya tidak terlalu parah" gumamnya. Ilyusha pun meminumkan herb tea itu menggunakan sendok, sedikit demi sedikit supaya si pemuda tersebut dapat menelannya. Karena sudah larut malam, Ilyusha menyuruh kedua adiknya untuk tidur sementara ia sendiri membaca buku yang baru saja ia beli di sofa sebelah si pemuda misterius itu terbaring. Ilyusha tanpa sadar, tertidur disela kegiatannya itu-membaca buku. Ah, itu memang sudah menjadi hal yang biasa untuk Ilyusha, tertidur saat membaca.

Keadaan sudah sangat sepi ketika akhirnya si pemuda misterius itu membuka matanya. Wajar saja, jam sudah menunjukan pukul  01.30 dinihari. "dimana ini?" tanyanya dengan suara lirih, masih belum sadar sepenuhnya. Ilyusha yang memang pendengarannya sangat sensitif, langsung membuka matanya dan melihat ke arah pemuda tersebut. "ah kau sudah sadar ya.." jawab Ilyusha sambil mengusap matanya. Pemuda tersebut menoleh ke sumber suara dan menemukan wanita (ya, dia menyangka Ilyusha sebagai wanita) cantik yang sedang memandangnya dengan wajah antara khawatir dan mengantuk, "Ma-maaf mengganggu tidur anda, nona. Kalau saya boleh tahu, ini dimana?" Ilyusha mengerutkan dahi saat mendengar sesuatu yang janggal keluar dari mulut sang pemuda "no-nona?" tanya Ilyusha. Sang pemuda bingung atas pertanyaan Ilyusha "iya, kau ini wanita kan?" jawab sang pemuda dengan wajah polos. "saya ini lelaki, tuan!" jawab Ilyusha sebal, karena lagi-lagi dikira wanita. Sang pemuda tersebut tertegun melihat ekspresi lelaki cantik di depannya ini 'imut sekali wajah kesalnya itu' batinnya, dan tanpa sadar ia tertawa kecil. "t-tuan? apa ada yang lucu? kenapa anda tertawa?" tanya Ilyusha dengan wajah polosnya yang membuat pemuda tersebut seketika tertawa lepas. "ah maaf, maaf non--ah maksudku maafkan aku karena tidak sopan, tapi wajahmu sangat menggemaskan saat sedang marah" celetuk sang pemuda yang sukses membuat Ilyusha bersemu mendengarnya. “ah iya, namaku Xin—ah..Castor” lanjutnya sambil menampakan senyum terbaiknya. “dan.. dimana ini?” tanyanya lagi. “a—ah sa-saya Ilyusha, Ilyusha Krat” jawab Ilyusha gugup “tapi kedua adik saya memanggil saya Labrador... dan ini di rumah saya, kedua adik saya yang menemukan anda di hutan” lanjutnya.
“Ilyusha... nama yang bagus, dan jangan terlalu sopan seperti itu, kurasa kita seusia. Dan kalau boleh aku ingin memanggilmu ‘Lab’ saja”
 “a-ah tentu, tak masalah. Saya.. e—eh, aku akan membuatkan herb tea dahulu untukmu” jawab Ilyusha yang langsung berdiri dan beranjak ke dapur untuk membuat herb tea.

-dapur-

'kenapa aku menjadi sangat gugup didepannya? tapi ia cukup tampan untuk pemuda seusianya' batin Ilyusha "eh?! apa yang barusan kupikirkan?!" jerit Ilyusha. Untung saja suaranya terlalu lembut untuk bisa terdengar sampai ke ruang depan. 

-ruang depan-

Castor mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan itu dan matanya terhenti kala ia melihat bingkai foto di meja tak jauh dari tempatnya duduk. Ia pun memutuskan untuk melihat benda itu lebih dekat. 'pemuda ini... Ilyusha.. memang terlalu cantik untuk ukuran pemuda seusianya, bukan salahku kalau aku sempat mengiranya sebagai wanita' batin Castor saat melihat foto Ilyusha saat sedang tersenyum lembut dengan memegang sebuah pot kecil.
“Castor-san? Apa yang sedang anda—maksudku kau lakukan?” tanya Ilyusha dengan sebuah cangkir kecil di tangannya. Herb tea. “ah maaf, aku hanya sedang melihat-lihat” jawab Castor yang langsung menghampiri Ilyusha. Ilyusha memberikan herb tea tersebut kepada Castor yang langsung diterima dengan wajah bingung. “ini apa? Kenapa ada bunga di dalamnya?” tanyanya. “ah ini herb tea, aku membuatnya dengan campuran tanaman obat yang ada di kebun belakang, ini dapat menyembuhkan luka-lukamu” jawab Ilyusha dengan senyum lembut. “ah iya, karena ini masih terlalu pagi untuk melanjutkan percakapan, sebaiknya kau tidur setelah meminum herb tea ini, kau bisa tidur di kamar ku, aku akan tidur di kamar adik-adikku” lanjutnya lagi, masih dengan senyum lembutnya itu. “ah ya, aku akan meminum teh ini di kamar saja. Dan maaf karena aku sudah merepotkanmu. Sangat merepotkanmu tepatnya” jawab Castor. “tak masalah, baiklah mari ku antar ke kamarku” kata Ilyusha yang langsung berjalan ke kamarnya, diikuti Castor. Sesampainya disana, Ilyusha langsung pamit untuk tidur dan meninggalkan Castor sendiri yang langsung masuk ke ruangan tersebut.

-kamar Ilyusha-

Saat memasuki ruangan tersebut, hanya satu kata yang terdapat di pikiran Castor. Indah. Ya kamar Ilyusha memang indah dengan banyak ornamen tanaman rambat yang memenuhi dinding kamarnya tersebut, namun tidak terkesan seram karena terdapat bunga-bunga kecil yang turut menghiasi dinding kamarnya itu. “Ilyusha.. bukan, Labrador.. ternyata kau memang berbeda dari kebanyakan pria, tapi ntah mengapa aku merasa nyaman didekatmu” gumam Castor dengan senyum lembut sebelum akhirnya ia memejamkan mata dan beranjak ke dunia mimpi.

-Minggu pagi, pukul 09.00am-

(di sini langsung pake ‘Labrador’ supaya gampang) Labrador masih berada di alam mimpi saat tiba-tiba Lirin mengguncangkan tubuhnya dengan tidak elit. “niichaaaan banguuuun” teriak Lirin dengan suara cemprengnya “mh? A-ada apa?” yang diteriaki hanya menjawab sambil mengusap matanya dengan tenang, karena dia lagi ngumpulin nyawanya yang masih bececeran ntah di mana, maklum udah biasa diteriakin sih. Tanpa ba bi bu, Lirin langsung menarik tangan Labrador yang sontak membuatnya berdiri dan mengikuti Lirin “he-hei! Lirin! Ada apa? Mengapa kau menarik------ku?” jawab Labrador yang sempat tertegun saat melihat meja makan yang penuh dengan makanan, dan di sela kebingungannya, Lem nyahut(?) “niichan, Castor-nii pinter masak juga loh, sekarang niichan punya saingan” dengan kalemnya sambil nerusin makan sandwich nya.

Setelah pertemuan tersebut, Castor menetap di rumah Labrador dan ikut bekerja di tempat Labrador bekerja. Mereka hidup damai seperti layaknya keluarga lengkap dengan Castor dan Labrador sebagai orangtua dan Lem Lirin sebagai anak. Dan sedikit demi sedikit perasaan Castor terhadap Labrador pun kian membesar, bukan hanya sebatas sayang terhadap teman, tapi ia menginginkan lebih dari itu. Ia tahu itu salah, tapi dimanapun cinta berada, ia tak dapat memilih siapa orang yang akan dicintainya karena cinta berasal dari hati dan berakhir dengan keegoisan seseorang yang ingin memiliki orang yang ia cintai hanya untuk dirinya, bukan untuk orang lain.
Seperti saat ini, saat Castor sedang membantu Labrador di kebun belakang, sesungguhnya Labrador ingin sekali tertawa saat melihat Castor kebingungan menggunakan berbagai macam alat kebun. “Lab, gunting macam apa ini? Kenapa aku tak bisa menggunakannya? Tanya Castor frustasi. Labrador tertawa kecil dan menunjukan cara menggunakannya. Castor pun mengikuti apa yang diajarkan Labrador dan dengan jahil memotong sebuah bunga yang sewarna dengan iris violet Labrador dan menyelipkannya di telinga pria cantik tersebut. “kau cantik Lab” tambah Castor dengan senyum tak berdosanya. Yang dibilang cantik hanya bisa merona sebelum akhirnya tersadar dan “aku ini lelaki Castor!” terlihatlah wajah imut Labrador yang sangat di sukai Castor.

Hari demi hari berlalu, sudah 3 bulan sejak pertemuan pertama mereka, Lab pun tahu bahwa sebenarnya Castor adalah seorang bangsawan yang melarikan diri karena ia tidak tahan terhadap sikap ayahnya. Castor berasal dari sebuah God House di district 6. Namanya adalah Xin Lu Hausen, ia lalu mengganti namanya menjadi Castor. Castor sendiri mempunyai hobi unik yaitu membuat boneka. Ya, Lab mengetahuinya saat ia tidak sengaja menemukan Castor ditengah padang bunga yang sedang asik dengan sebongkah kayu kecil yang ia temukan di hutan dan sedang membentuknya menjadi sebuah boneka kecil. Lab mengamatinya dalam diam. Diam karena kagum melihat tangan terampil Castor saat sedang membentuk bongkahan kayu tersebut. Sedikit demi sedikit bentuk wajah boneka itu mulai terlihat, “rasanya aku tidak asing dengan wajah boneka itu” celetuk Lab yang berhasil membuat Castor terkejut dan menoleh ke sumber suara. “a-ah Lab.. mm.. apa yang kau lakukan di sini?” tanya Castor yang langsung menaikan frame kacamatanya—kebiasaan saat sedang gugup—ia benar-benar terkejut karena Lab menemukannya saat sedang seperti ini, bukan karena ia tidak ingin terlihat sedang membuat boneka, terlebih karena model dari boneka itu adalah Lab sendiri. “ng.. aku sedang mencarimu karena kau tidak di rumah, ku kira kau pergi jadi aku keluar dan tidak sengaja menemukanmu di sini. Aku tak tahu kau terampil membuat boneka” lanjutnya, ia pun duduk di samping Castor dan menatapnya dengan wajah bertanya. “eh i-ini memang sudah hobiku sejak kecil... mungkin karena aku merindukan sosok ibuku yang jarang kutemui, model boneka pertamaku adalah ibuku sendiri” jawab Castor dengan senyum sedih. Lab yang menyadari raut wajah Castor pun mengalihkan pembicaraan “ah iya aku masih memikirkan wajah bonekamu itu.. aku seperti pernah melihanya..” jawabnya dengan raut wajah seperti sedang berfikir. ‘oh ayolah Lab, itu adalah dirimu sendiri, sampai kapan kau tidak akan menyadari perasaanku terhadapmu’ batin Castor saat melihat Lab berpikir keras, dahinya sedikit berkerut sambil tetap melihat wajah boneka tersebut. Castor mengacak lembut rambut Lab dan langsung meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda, tanpa berkata apapun.
Mereka duduk dalam diam. Castor sedikit tersenyum saat menyadari bahwa bonekanya sudah hampir selesai, hanya detail-detail kecil yang harus di bentuk. Dan tanpa ia sadari, mata Labrador sebenarnya bukan hanya mengamati tangan terampilnya, tapi juga raut wajahnya saat sedang bekerja. Lab sangat menyukai senyum Castor yang entah mengapa sering sekali membuatnya berdebar. Ya, sebenarnya mereka memiliki perasaan yang sama, hanya saja Lab menekan perasaannya itu karena suatu hal. “ah akhirnya selesai juga” perkataan Castor membuat Lab tersadar dari lamunanya. “ini... untukmu” lanjut Castor sambil menyodorkan boneka tersebut dengan senyum lembutnya. “a-ah i—iya terimakasih” jawab Lab gugup, takut Castor menyadari kalau ia mengamatinya sejak tadi “eh? I-ini.. ini adalah... aku?”
“sampai kapan kau akan bersikap seperti tak menyadari perasaanku Labrador?” tanya Castor dengan raut wajah serius, ia menatap iris violet Labrador tanpa ragu.
“eh? A-apa maksudmu Castor?”
Kemudian Castor menggenggam kedua tangan Labrador “perasaanku padamu bukan hanya perasaan sebatas teman, tapi aku mencintaimu Lab, aku tau ini salah tapi aku tak dapat membohongi diriku sendiri, aku mencintaimu Ilyusha” yang bersangkutan tak mampu mengucapkan apapun.
‘bolehkah aku percaya dengan lelaki ini? Tapi kalau aku mengatakan perasaanku, aku takut kejadian itu akan terulang lagi, aku takut’ batin Labrador
“Lab..”
Labrador tersadar dari pergolakan batinnya, saat suara Castor terdengar di telinganya “eh a-ah maafkan aku Cast, tapi aku... aku tak bisa membalas perasaanmu, dan mungkin sebaiknya kau hilangkan perasaanmu itu, aku tak mau kau terus memikirkanku sementara aku sama sekali tak peduli padamu” ‘bohong kalau aku tak peduli pada orang sebaik dirimu Castor, tapi sebaiknya memang ini yang ku lakukan, aku tak mau kehilangan orang-orang yang berharga bagiku hanya demi keegoisanku semata, lebih baik seperti ini’
Castor hanya mematung mendengar pernyataan Labrador yang cukup menohok baginya. “tak peduli? Begitukah? Setelah apa yang kau lakukan pada ku, kau bilang kau tak peduli padaku Lab?”
“i-itu... itu bukan urusanmu” Labrador berkata dengan lirih lalu bergegas meninggalkan Castor yang masih mematung setelah mendengarkan perkataannya tersebut.

Sejak kejadian di padang bunga yang tidak enak untuk saya ceritakan kembali, Labrador sedikit menghindari Castor, ia selalu menolak saat Castor ingin bicara dengannya, selalu menghindari kontak mata dengan Castor dan selalu menghindari apapun yang berhubungan dengan pria berkacamata itu. Castor hanya menghela nafas melihat tingkah Labrador, sampai di suatu malam saat ia benar-benar tak tahan dengan sikap pria cantik tersebut, ia lalu menunggu Lab pulang untuk membicarakan semuanya dan tanpa sengaja melihat kamar Lab-kamar LemLirin yang Lab tempati- terbuka, Castor sedikit mengintip ke dalam dan tanpa sadar masuk ke dalam kamar tersebut saat melihat sebuah buku kecil di atas tempat tidur. Ia pun menghampiri ranjang dan meraih buku tersebut, ia langsung dapat mengenali buku itu dari sampulnya yang tertutup oleh tanaman rambat yang seperti sungguhan. Perlahan, ia membuka lembar demi lembar buku tersebut dan kagum dengan apa yang ia lihat, tulisan tangan Labrador cukup indah mengingat dirinya yang seorang lelaki, Castor terus membalik halaman demi halaman buku tersebut sampai matanya terpaku pada segaris tulisan yang menarik matanya untuk tetap menatap lembaran tersebut. “Ego?” tanpa sadar Castor menggumamkan judul yang tertera pada lembaran buku di tangannya.

-Ego-

Cinta memanglah suatu keegoisan yang dimiliki setiap manusia, tergantung manusia itu ingin menggunakannya atau tidak.

Aku pun salah satu dari sekian manusia yang memiliki perasaan tersebut. Bohong kalau di bilang aku tak mempunyai hal itu dalam diriku di saat ada seseorang yang sama egoisnya denganku baru saja mengutarakan perasaannya secara lepas seakan aku layak untuknya.

Castor.

Seseorang yang telah merebut seluruh perhatianku sejak pertama aku melihatnya.
Seseorang yang mampu membawa musim semi di dalam hatiku
Seseorang yang tanpa aku sadari sudah menghuni hatiku

Saat ini aku hanya berharap bahwa Tuhan mengizinkanku menggunakan keegoisanku untuk terus bersamanya, bukan. Setidaknya, hanya untuk melihat senyumnya. Senyum yang selalu membawa ketenangan untukku. Senyum yang selalu mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Aku tidak ingin Tuhan membawa pergi Castorku sama seperti Ia membawa pergi seluruh orang yang kucintai saat aku menggunakan keegoisanku. Hanya itu yang kutakutkan saat ini.

“Castor? A-apa yang kau lakukan di sini... dan apa yang kau lakukan dengan buku itu?” suara Labrador menyadarkan Castor “....Lab..” Castor segera memeluk pria beriris violet tersebut, tak peduli apakah yang bersangkutan suka atau tidak, hanya itu yang ingin ia lakukan sekarang. Memeluk orang yang di cintainya seakan ia baru saja menjangkau bintang di langit.

“apa yang kau takutkan Lab? Apa kau takut aku meninggalkanmu? Apa aku seperti seseorang yang tak bisa kau percaya? Apa aku—“

“kau seseorang yang sangat berharga bagiku, seperti yang sudah kau baca dalam buku itu, lembaran yang kau baca pastilah tentang Ego” Labrador tersenyum sedih “semua orang yang berharga bagiku, yang aku cintai selalu pergi setelah aku mengatakan pada mereka bahwa aku mencintai mereka lebih dari apapun dan tak mau kehilangan mereka, Tuhan tidak adil, kenapa Ia membawa pergi semua yang berharga bagiku” sekarang ia tertawa pelan tapi iris violetnya mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan. Castor memeluknya erat –protektif, tak akan melepaskan pemuda dalam pelukannya ke dalam kesedihan yang berlanjut- “Lab, Tuhan itu adil. Buktinya Ia mengirimku ke sini, untukmu, untuk menggantikan semua orang berharga yang telah Ia ambil dan mengantikannya dengan kehadiranku di sisimu” Labrador tertegun mendengar ucapan Castor, ia beranikan diri untuk melihat iris Mahogany milik Castor. Tak ada keraguan pada iris tersebut, hanya ada ketenangan yang entah sejak kapan menjalar pada tubuhnya sendiri. Perlahan Castor menghapus jejak air mata di sudut mata Labrador. “mata indahmu tidak seharusnya mengeluarkan air mata, Lab”
“e-eh mataku tidak indah, jangan mengatakan hal seperti itu” Labrador menunduk, menyembunyikan semburat merah muda yang perlahan muncul di kedua pipinya. Perlahan Castor menyentuh dagu pemuda cantik tersebut dan mempertemukan burgundynya dengan violet terindah yang pernah ia lihat “aku mencintaimu Labrador, bukan. Aku mencintaimu Ilyusha Krat”
“a-aku juga... aku juga mencintaimu Castor” dan pria cantik tersebut segera memeluk kekasihnya, menyembunyikan wajahnya yang semakin terasa panas. Castor hanya tertawa melihat sikap Labradornya yang tak pernah bosan ia lihat.


-2 tahun kemudian-

“ohayou my flower”
Yang di sapa hanya bersenandung kecil, tanda ia mendengarkan suara di belakangnya. “hei apa yang lebih penting dari aku hm?” tanya pria berkacamata itu lagi, sekarang ia duduk di samping istri –ya, sekarang Castor dan Labrador adalah sepasang suami istri- nya yang sedang sibuk dengan selembar kertas yang ia tau itu adalah sebuah surat.
“ini surat dari Lem dan Lirin, serta nilai yang mereka kirimkan. Aku bangga dengan mereka”
Wajah labrador menyendu kala membaca surat dari kedua adiknya. Ya, Lem dan Lirin mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di 07Ghost Academy, Castor lah yang merekomendasikan mereka ke sekolah tersebut karena ia sendiri pernah bersekolah disana.
“aku lapar Lab” kata Castor sambil bermanja ria pada istrinya
“ada pancake di atas meja, makanlah” jawab Labrador tanpa menatap suaminya-sibuk dengan surat ditangannya- Castor menghela nafas melihat tingkah Labrador yang akan acuh dengan sekitarnya saat sudah berhadapan dengan lembaran berisi tulisan, ya sifat buruk Labrador tidak pernah berubah dari pertama ia mengetahuinya. Lalu ide jahil pun muncul di benaknya. Dengan seringai di wajahnya, Castor merebut surat dari tangan Labrador “Hei! Castor, kembalikan..... kumohon” pinta Lab dengan nada memelas dan ekspresi yang membuat Castor ingin segera menyerangnya. “.....baiklah..” Castor menghela nafas –kalah dengan hatinya yang luluh oleh ekspresi menggemaskan Labrador- segera mengembalikan surat itu pada istrinya, sifat jahilnya ternyata mudah dipatahkan hanya dengan sebuah ekspresi wajah Labrador yang memang sangat susah untuk saya jelaskan *digaplok* dan akhirnya Castor pun memutuskan untuk melanjutkan acara tidurnya di pangkuan sang istri yang tetap sibuk dengan suratnya. “oyasumi my flower” kata Castor sebelum menutup matanya dan beranjak ke alam mimpi, Labrador hanya tersenyum, dan kemudian sedikit membungkukan tubuhnya untuk mengecup dahi Castor “oyasumi Cast”

Dan kisah panjang nan random ini pun berakhir dengan damai sentosa sejahtera seperti hubungan kedua insan di atas yang memang kehidupannya selalu dilanda kedamaian.

Author pun undur diri.




Salam Random.



Anggista Dian Lestari

Sabtu, 23 Februari 2013

Tips Biar Ngga Stress

selamat sore dunia, saya datang membawa aura stress #digaplok
maap, gue lagi stress (as usual). Penyebab stress nya gue akhir-akhir ini cuma satu. UN Produktif. Apa itu UN Produktif, mari saya jelaskan setelah tanda titik.

Masih inget kan kalo gue itu SMK? bukan, nama gue BUKAN SMK. #lanjut
nah karena gue sekolah di sekolah yang jurusannya langsung ngarah ke dunia kerja, makanya ada yang namanya UN Produktif, jadi nanti sistim UN gue bukan matematika, b.inggris, b.indonesia dan ipa melainkan ipa nya di ganti sama produktif sesuai program jurusan yang di pilih. Gue misalnya, jurusan yang gue ambil itu sekretaris, jadilah nanti gue UN Produktifnya ya tentang semua pelajaran tentang kesekertarisan yang udah gue pelajarin. Ribet ye? Pelajarannya sih ga ribet, kostumnya itu yang bikin males. Yah lu bayangin aja, seharian gue pake rok se dengkul, kemeja cewe plus blazer dan jangan lupakan sepatunya. Weilah, berasa pengen teriak duluan ngingetnya, beloman lagi suruh dandan, wuiiiiihhh gue yang macho gini di suruh dandan, berasa pengen kondangan. Stress kan baca cerita gue? gue aja yang ngetik udah stress duluan.

Tips-tips menghilangkan Stress

Setelah menceritakan ke-stressan gue, gue mau kasih tips buat kalian supaya kalian bisa ngadepin stress tanpa mengalami stress #maksud
1. Cuci rambut alias keramas setiap sore.
Kenapa harus sore? karena nggak mungkin jam 1 malem kan? yang ada lu langsung meriang besokkannya. Inget, kramasnya pake shampoo manusia, jangan mentang-mentang shampoo anjing itu efektif ngilangin kutu trus lu keramas pake shampoo anjing. Kenapa gue tau tentang hal itu? bukan. Bukan karena gue anjing, tapi gue pernah liat iklan shampoo anjing

2. Potong rambut.
Potonglah rambut kalian, kalo emang dirasa udah nggak nyaman, misalnya udah kepanjangan. Katanya, yang gue denger sih potong rambut itu bisa ngilangin bala, katanya loh. Itu sih menurut kabar burung yang gue denger, gatau burung siapa yang ngabarin gue. Tapi inget, kalo mau potong rambut, lu harus jelasin sedetail-detailnya tentang model rambut apa yang lu mau. Kenapa gue ngasih saran begitu? karena 2 hari yang lalu gue baru potong rambut dan hasilnya kependekan. Mood gue buat pamer rambut baru, berubah jadi mood pengen ngebelah abang tukang salonnya jadi 8 bagian sama rata. Tapi hasilnya bagus sih, banyak yang bilang it suits me very much.

3. Creambath.
Dari sekian banyak ritual salon, cuma ini yang paling gue suka. Ritual dimana kepala berasa dibejek-bejek tapi sensasinya amat sangat amat nikmat. Apalagi kalo yang tangannya dewa, weh banget deh. Tapi ya, ada tapinya. Kalian harus pilih-pilih dulu kalo mau ke salon, soalnya waktu itu gue di ajak sama nyokap gue ke salon baru deket rumah, kata nyokap gue sih creambath nya enak, jadilah gue turutin ucapan nyokap. Berbekal hayalan tentang tangan dewa yang bakal ngurusin kepala gue, bikin gue ngga sabar buat cepet-cepet di creambath. Dan pas nyampe sana, awalnya sih semuanya masih biasa, sampe gue duduk di depan kaca salon yang biasa tuh, dan gue liat bayangan seorang banci berdiri di belakang gue dan nanya "mau pake cream apa deeek~?" FYI For Your Information, gue itu takut setengah idup ya sama banci. Setelah itu, gue ngga pernah mau ke salon itu lagi, mau nyokap bilang enak kek, nikmat kek, kalo isinya banci, seumur umur ngga bakal gue datengin salon begituan.

4. Pasrah
Kalo kalian udah ngelakuin 3 hal di atas dan hasilnya nihil maka yang bisa kalian lakukan selanjutnya adalah pasrah. Ya pasrah. Itu mungkin sudah takdir kalian untuk menjadi stress. #laludigeplakmassal

Well then, itu semua hanya tips yang ngga tau bener atau ngga khasiatnya, jadi kalo mau nyoba, kalian harus siap mental dulu.








Salam Stress,


Anggi the macho girl who scared with bences

Sabtu, 02 Februari 2013

Randomly Random

Seperti biasa, sudah berapa lama kah gue ngga mampir kesini? Jangan dijawab!
Itu pertanyaan retorik, tak perlu jawaban karena kita semua sudah tau jawabannya. Ngga ngerti? sama gue juga ngga ngerti. #digaplok

Maap gue lagi stress. Iya hari demi hari kayanya isi hidup gue cuma satu kata deh. Stress.
Yah bisa dibayangin, dimana sekolah lain prakteknya gampang-gampang, sekali tutup mata juga bisa, di sekolah gue jangankan tutup mata, melek aja susah. Apalagi yang namanya praktek Bahasa Indonesia. Masa gue disuruh debat -_- di suruh debatin apa coba? debatin seruan live hentai atau manga?? isi otak gue makin hari makin random. Dari irama senam, materi debat sampe solat jenazah. Random kan? beloman lagi yang semacem kkpi, suruh ngapalin formula If If an. Lu kata kapasitas otak gue 2juta giga? STRESS OUT MAX INIHH.

Coba aja pemerintah dan guru-guru bisa ngerasain penderitaan gue sekarang, gue rasa belom seperempatnya mereka ngerasain, langsung ngga kuat dan minta gantung diri saking pusingnya. Oh gue sih macho, gue bakal ngadepin semuanya secara gentle, ngga pake gantung diri gantung dirian, paling banter juga minta gantung diri di pohon jamur.

udeh segitu aja dulu, mau numpang curhat doang kok -_- ngilangin pusing dikit. si yu babay

Sabtu, 12 Januari 2013

Nu Yir

Happy New Year~ #telatlu
ya ya lebih baik telat daripada tidak sama sekali kan?
hohohoho~ ngga kerasa udah taun 2013, yang artinya...... kita berhasil selamat dari ramalan kiamaaaat~ #plak #bukanitu

Gue kesini yah biasa, mau numpahin yang ada di otak aja biar plong.

Kalo ditanya soal taun baru, pasti pertanyaannya cuma 1. Resolusi. iya kan? kaya para artis, pasti kalo lagi wawancara taun baru, yang ditanya cuma resolusi. dan jawaban mereka rata-rata sama. 'menjadi lebih baik dari sebelumnya' dari taun ke taun jawabannya selalu itu. gue juga ga tau kenapa mereka jawab kaya gitu, yang jelas yang gue tau itu, mereka ngga pernah menjadi lebih baik dari sebelumnya karena pernyataan mereka selalu begitu.

Yah well intinya kalo gue yang ditanya soal resolusi.....
yah gue bakal jawab.......


MENJADI LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA

#nocomment.




Tertanda
-yang punya blog-